News Update :

Sabtu, 06 Agustus 2011

Masuknya LPI Picu Resistansi

PSSI membuka pintu bagi klub ma na pun un tuk ikut kompetisi mu sim depan. Tak ter kecuali klub dari Liga Primer Indonesia (LPI) yang no ta be ne bukan anggota PSSI.

Sya rat nya, me reka harus memenuhi re gu la si yang ada. Masuknya tim-tim LPI sebagai calon kontestan kompetisi profesional me man tik protes dari klub-klub ang gota PSSI. Mereka merasa dilangkahi. Pa da hal, selama ini me reka sudah ber darah-darah untuk bisa meng gapai kasta lebih tinggi kompetisi di tanah air.

’’Kami sudah berdarah-darah untuk menca pai level ini. Biayanya tidak sedikit. Usia ka mi sudah 61 tahun. Tapi, klub-klub LPI ba ru enam bulan. Entah dari mana mereka la hir, seharusnya tidak bisa disamakan,’’ kata Jamal Al Rasyid, manajer Persiba Ba likpapan, klub Indonesia Super League (ISL), kepada Jawa Pos kemarin (5/8).

’’Ka mi tidak terima jika ada pemelintiran atur an yang digunakan untuk memaksakan klub-klub LPI masuk ke kompetisi,” lan jut nya. Selain mengecam rencana menyetarakan klub-klub LPI dengan klub profesional, wacana merger juga menuai protes. Sekretaris Umum Persebaya Wastomi Suheri menilai mer ger bu kan pilihan bijak.

’’Siapa yang men jadi anggota PSSI? Kami ini anggota PSSI meski saat ini kami tak memiliki ketua umum yang entah ke mana. Kami akan rapatkan barisan untuk menentukan langkah ke depan,’’ kata Wastomi. Bukan hanya klub-klub ISL dan Divisi Utama yang dongkol terhadap rencana PSSI tersebut. Klub-klub dari kompetisi amatir juga menjerit. Mereka tidak rela bila klubklub LPI tiba-tiba melangkahi mereka. Mantan Asisten Manajer Persewangi Banyuwangi Iwan Rudianto mengatakan, ide merger tiga peserta kompetisi itu adalah hal konyol. Langkah penyatuan klub-klub ISL, Divisi Utama, dan LPI bisa dibilang mem bunuh perjuangan klub-klub amatir menembus kasta profesional.

’’Kalau jadi merger, rasanya, kami yang klub amatir dan musim lalu di Divisi I tak diberi apresiasi oleh PSSI,’’ ujar Iwan. Menurut dia, pilihan merger justru me nimbulkan kesan PSSI memaksakan satu ko mpetisi baru yang prematur. LPI se ha rusya melanjutkan kompetisi putaran ke duanya. Sedangkan ISL, Divisi Utama, Di visi I, II, dan III berjalan seperti tahun lalu.

Persewangi sendiri akan berlaga di Divisi Utama musim depan. Komentar serupa dikatakan Manajer Per seta Tu lungagung Edy Tutuko. Sebagai klub yang ber laga di Divisi II musim lalu, Edy setuju jika kom petisi di level profesional tak dilebur. Dia malah setuju jika kompetisi LPI dan ISL berjalan beriringan.

’’Kalau dipikir de ngan jernih, biarkan saja LPI jalan de ngan konsepnya sendiri. ISL dengan ca ra nya sendiri,’’ ucap Edy. Sementara itu, Ketua Umum PSID Jom bang Marsaid berpendapat, kalau kompetisi di gabung, harus dipilah dengan benar. Jika ti dak, itu akan menimbulkan gejolak. Se bagai klub yang bermain di Divisi II, PSID tentu tidak terima jika klub LPI langsung sejajar dengan ISL. Menurut Marsaid, ada baiknya klub-klub LPI digabung dengan Divisi Utama. Setelah itu, promosi-degradasi diperlakukan.

’’Jadi, klub hasil saringan Divisi Utama dan LPI itu naik ke ISL. Jangan langsung digabung un tuk kompetisi tahun ini,’’ tegas Marsaid. Pelatih Mitra Bola Utama (MBU) M. Nizar juga tak sepakat jika kompetisi di level profe sio nal digabung. Langkah penyatuan LPI, ISL, dan Divisi Utama menimbulkan ge jo lak bagi klub-klub yang berlaga di kasta ama tir. MBU adalah juara di Divisi III mu sim lalu.

Menurut Nizar, klub-klub amatirlah yang se sungguhnya paling sengsara di sistem kom petisi. Mantan pemain Persebaya itu men contohkan, MBU harus melalui lima pu tar an yang melelahkan sebelum naik kas ta ke Divisi II. ’’Belum lagi jadwal di Divisi III itu tak pasti,’’ tuturnya.

Menanggapi gelombang protes tersebut, Sek jen PSSI Tri Goestoro tenang-tenang saja. Menurut dia, yang menjadi polemik itu sesungguhnya baru sebatas wacana. ’’Ka mi tentu akan mendengarkan aspirasi klub-klub anggota PSSI. Semuanya akan terus kami matangkan,’’ kata Tri.

0 komentar:

Posting Komentar

« »

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More